• LinkedIn

Saturday, June 18, 2016

TAFSIR MIMPI MENURUT AL QURAN DAN AS SUNNAH

10:32 PM // by novykhayra // , , , , // No comments


Apakah mencari makna dari mimpi yang kita alami termasuk perbuatan syirik? Weits! tunggu dulu sebelum berpikir aneh-aneh. berikut ini saya carikan sumber bahwa mimpi bukan sekadar ramalan biasa, tapi ternyata lebih dari itu dan berikut ini alasanya



 Ustadz Abu Sa’ad al-Wa’izh berkata, “Pada prinsipnya mimpi yang baik itu bersumber dari

aneka amal yang benar dan mengingatkan akan aneka akibat dari berbagai urusan. Dari mimpi yang
baik itu muncullah aneka perintah, larangan, berita gembira, dan peringatan. Dikatakan demikian
karena mimpi yang baik merupakan sisa dan bagian dari kenabian, bahkan ia merupakan satu dari dua bagian kenabian, sebab ada nabi yang wahyunya berupa mimpi. Orang yang menerima wahyu
melalui mimpi disebut Nabi. Adapun orang yang menerima ucapan malaikat saat dia terjaga disebut
Rasul. Inilah yang membedakan antara nabi dan rasul.”
Abu Ali Hamid bin Muhammad bin Abdullah ar-Rafa` memberitahukan kepada kami, dari

Muhammad ibnul-Mughirah, dari Makki bin Ibrahim, dari Hisyam bin Hasan, dari Muhammad bin

Sirin, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda,

Jika masa semakin dekat, mimpi seorang muslim nyaris tidak pernah dusta. Muslim yang
paling benar mimpinya adalah yang paling jujur perkataannya. Mimpi seorang mukmin merupakan
satu bagian dari 46 bagian kenabian. Mimpi ada tiga macam: 
i )       mimpi yang baik sebagai berita

gembira dari Allah ‘azza wa jalla,

ii)     mimpi seorang muslim yang dialami oleh dirinya sendiri, dan
iii)    mimpi sedih yang berasal dari setan. Jika salah seorang di antara kamu mengalami mimpi yang
tidak disukai, janganlah menceritakannya kepada orang lain, bangunlah, kemudian solatlah.”
(Muttafaq ‘alaih)
Beliau bersabda,
Aku menyukai mimpi ihwal rantai, tetapi tidak menyukai mimpi ihwal belenggu.” (Shahih al-

Jami’)
Rantai ditakwilkan dengan keteguhan pada agama.

Abu Abdullah al-Mahlabi dan Muhammad bin Ya’qub bin Yusuf menceritakan kepada kami dari al-‘Abbas ibnul-Walid bin Mazid, dari ‘Uqbah bin ‘Alqamah al-Mu’arifi, dari al-Auza’i, dari

Yahya bin Abi Katsir, dari Abi Salamah bin Abdurrahman, dari ‘Ubadah ibnush-Shamit bahwa ia
bertanya kepada Rasulullah tentang ayat 63-63 surah Yunus, “Yaitu orang-orang yang beriman dan
mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan dalam
kehidupan di akhirat.” Maka, Rasulullah menjawab,
Sungguh kamu telah menanyakan sesuatu kepadaku yang belum pernah ditanyakan oleh

seorang pun selainmu. Al-busyra ialah mimpi yang baik yang dialami oleh seseorang atau
dianugerahkan Allah kepadanya.” (As-Silsilah ash-Shahihah)

Ustadz Abu Sa’ad berkata, “Hadits-hadits yang kami riwayatkan tersebut menunjukkan bahwa

mimpi itu memang sesuatu yang benar secara substansial dan bahwa mimpi itu memiliki ketentuan
dan dampak.”



          Di antara dalil yang menunjukkan kebenaran mimpi ialah bahwa saat Ibrahim tidur, Allah

memperlihatkan kepadanya seolah-olah dia menyembelih putranya. Setelah bangun, dia pun melaksanakan apa yang diperintahkan kepadanya saat tidur. Allah Ta’ala mengisahkan kejadian
tersebut, “Maka tatkala anak itu mencapai kesanggupan berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata, ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka,
pikirkanlah apa pendapatmu!’ Dia menjawab, ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’” (ash-Shaaffat:
102) Setelah Ibrahim a.s. memahami mimpinya dan berupaya melaksanakannya, lalu Allah
memberinya jalan keluar karena kasih-sayang-Nya, dia mengetahui bahwa mimpi itu merupakan hukum. Demikian pula halnya dengan mimpi yang dialami Yusuf a.s., yang dikisahkan Allah dalam Al-Qur`an sebagai kisah yang popular dan terkenal
.
           Abu Sa’id Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim meriwayatkan kepada kami dari Ali bin
Muhammad al-Waraq, dari Ahmad bin Muhammad bin Nashr, dari Yusuf bin Bilal, dari Muhammad
bin Marwan al-Kalbi, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas bahwa Aisyah berkata, “Rasulullah terkena
sihir. Maka, beliau jatuh sakit, sehingga kami mengkhawatirkannya. Ketika beliau berada antara tidur
dan terjaga, tiba-tiba turun dua malaikat: yang satu berada di dekat kepala Rasulullah dan yang lain
berada di dekat kaki beliau. Malaikat yang berada dekat kepala berkata kepada malaikat yang berada
dekat kaki, ‘Mengapa dia sakit?’ Malaikat bertanya demikian supaya Nabi saw. memahami
persoalannya.
Temannya menjawab, ‘Terkena sihir.’
‘Siapa yang melakukannya?’
‘Lubaid bin A’sham, orang Yahudi.’
‘Di mana dia melakukannya?’
‘Di sumur Dzarwan.’
‘Bagaimana mengobatinya?’
‘Kirimlah orang ke sumur itu dan keringkan airnya. Jika tampak sebuah batu besar,
singkirkanlah karena di bawahnya terdapat tali busur yang berpintal sebelas dan diletakkan di dalam
kantong. Setelah itu bakarlah ia. Insya Allah dia sembuh. Jika dia menyuruh orang, hendaknya dia
mengeluarkan kantong itu.’”

Ibnu Abbas melanjutkan, “Nabi pun bangun dan beliau telah memahami apa yang dikatakan
kepadanya oleh malaikat. Beliau menyuruh ‘Ammar bin Yasir dan sekelompok sahabatnya ke sumur
tersebut yang airnya telah berubah seperti inai. Kemudian sumur itu dikeringkan. Setelah tampak batu
besar, ia pun digulingkan, dan tampaklah di bawahnya kantong yang berisikan tali busur bersimpul
sebelas. Kemudian mereka membawanya kepada Rasulullah. Maka, turunlah surah al-Falaq dan surahan-Naas. Kedua surah ini berjumlah 11 ayat dan sama dengan banyaknya buhul yang berjumlah 11 pula. Setiap kali beliau membaca satu ayat, lepaslah satu buhul. Setelah seluruh buhulnya terbuka,
Rasulullah dapat bangkit dan seolah-olah terlepas dari ikatan. Buhul itu pun dibakar. Nabi menyuruh
kita berlindung kepada Allah melalui kedua surah tersebut. Lubaid mengunjungi Rasulullah.
Meskipun beliau menceritakan kejadian di atas, pada wajah Lubaid tidak tampak perubahan apa pun.”  Hadits di atas menunjukkan kebenaran masalah mimpi dan keberadaannya di dalam banyak
hadits, sehingga terlampau panjang untuk menceritakannya.

            Ustadz Abu Sa’ad berkata, “Aku melihat bahwa ilmu itu terdiri atas beberapa jenis, di
antaranya ada yang bermanfaat bagi dunia, tetapi tidak bermanfaat bagi agama; ada yang bermanfaat
bagi dunia dan agama. Ilmu tentang mimpi termasuk ilmu yang bermanfaat bagi dunia dan agama.
Kemudian aku solat istikharah sebelum mengumpulkan apa yang berasal dari Allah dan menempuh
metode peringkasan seraya memohon pertolongan kepada-Nya dalam menyempurnakan apa yang
diredhai dan dicintai-Nya. Juga berlindung kepada-Nya dari ujian dan fitnah-Nya. Allahlah Pemilik
taufik. Cukuplah Dia bagi kami. Dia adalah sebaik-baik Pelindung.”



    Ustadz Abu Sa’ad berkata, “Orang perlu menegakkan tata kesopanan agar mimpinya mendekati kebenaran. Di antara adab kesopanan itu ialah membiasakan diri berkata jujur. Nabi bersabda dalam hadits muttafaq alaih, ‘Orang yang paling benar mimpinya ialah yang paling benar perkataannya.’”

Adab lainnya ialah tidur dengan punya wudhu. Abu Dzar berkata, “Kekasihku (Muhammad
saw.) memberikan tiga pesan kepadaku yang tidak pernah aku tinggalkan hingga mati. Yaitu, puasa
tiga hari pada setiap bulan, dua rakaat shalat fajar, dan tidak tidur kecuali punya wudhu.” Demikian
yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim.
Adab lainnya ialah tidur dengan berbaring ke sisi kanan tubuh karena Nabi saw. menyukai
bagian kanan dalam segala hal. Diriwayatkan bahwa beliau tidur pada sisi kanan tubuhnya seraya
meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanan, lalu berdoa,
“Ya Allah, lindungilah aku dari azab-Mu pada saat Engkau mengumpulkan hamba-hamba-
Mu.” (HR Tirmidzi dan Abu Dawud),
       
             Mimpi terbagi dua: mimpi yang benar dan yang batil. Mimpi yang benar ialah yang dialami
manusia tatkala kondisi psikologisnya seimbang dan keadaan cuaca sedang seperti ditandai oleh
bergoyangnya pepohonan hingga berjatuhannya dedaunan. Mimpi yang benar tidak didahului dengan
adanya pikiran dan keinginan akan sesuatu yang kemudian muncul dalam mimpi. Kebenaran mimpi
juga tidak ternodai oleh peristiwa junub dan haid.


            Adapun mimpi yang batil ialah yang ditimbulkan oleh bisikan nafsu, keinginan, dan hasrat.

Mimpi demikian tidak dapat ditakwilkan. Demikian pula mimpi “basah” dan mimpi lain yang
mewajibkan mandi dikategorikan sebagai mimpi yang batil karena tidak mengandung makna. Sama
halnya dengan mimpi yang menakutkan dan menyedihkan karena berasal dari setan. Allah Ta’ala
berfirman,
Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman
itu berduka cita, sedang pembicarana itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka,
kecuali dengan izin Allah dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal.”

(al-Mujaadilah: 10)



 Jika seseorang mengalami mimpi yang tidak disukai, disunnahkan melakukan lima
perbuatan. Yaitu,
i)  mengubah posisi tidur,
ii) meludah ke kiri sebanyak tiga kali,
iii) memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk,
iv) bangun dan solat, dan
v) tidak menceritakan mimpinya kepada siapa pun.

           Ustadz Abu Sa’ad berkata, “Pelaku mimpi hendaknya memelihara etika yang perlu dipegang
teguh dan memiliki batasan-batasan yang selayaknya tidak dilampaui. Demikian pula halnya dengan
pentakwil.” Etika pelaku mimpi ialah,
 pertama, dia tidak menceritakan mimpinya kepada orang yang hasud sebagaimana dikatakan Ya’kub kepada Yusuf,
“Ayahnya berkata, ‘Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudarasaudaramu,
maka mereka akan membuat makar untuk membinasakanmu.’” (Yusuf: 5)

Kedua, jangan menceritakan mimpinya kepada orang yang bodoh. Nabi saw. bersabda,
“Janganlah kamu menceritakan mimpimu kecuali kepada orang yang dicintai atau kepada orang
yang pandai.”

Ketiga, janganlah menceritakan mimpi kecuali secara rahasia karena dia pun melihatnya
secara rahasia pula. Jangan menceritakannya kepada anak-anak dan wanita. Sebaiknya mimpi itu
diceritakan menjelang awal tahun dan pada pagi hari, bukan sesudah keduanya lewat.

Adapun etika pentakwil ialah sebagai berikut.

Pertama, jika saudaranya menceritakan mimpi kepadanya, maka katakanlah, “Aku kira mimpi itu baik.”
Kedua, hendaknya menakwilkan mimpi dengan cara yang paling baik. Diriwayatkan bahwa
Nabi saw. bersabda, “Mimpi akan terjadi sebagaimana ia ditakwilkan.” Juga diriwayatkan bahwa
beliau bersabda, “Mimpi itu bagaikan kaki yang menggantung selama belum diungkapkan. Jika telah
diungkapkan, maka terjadilah.” Demikian yang disebut dalam as-Silsilah ash-Shahihah.

Ketiga, menyemak mimpi dengan baik, kemudian menjawab si penanya dengan jawaban
yang mudah dipahami.

Keempat, jangan tergesa-gesa menakwilkan mimpi. Lakukanlah dengan hati-hati.

Kelima, menyembunyikan mimpi dan tidak menyebarkannya sebab ia merupakan amanat.
Jangan menakwilkan mimpi ketika matahari terbit, ketika tergelincir, dan ketika terbenam.

Keenam, memperlakukan pelaku mimpi secara berbeda. Janganlah menakwilkan mimpi raja
seperti menakwilkan mimpi rakyat, sebab mimpi itu berbeda karena perbedaan kondisi pelakunya.

Ketujuh, merenungkan mimpi yang dikemukakan kepadanya. Jika mimpi itu baik, maka
takwilkanlah dan sampaikanlah kabar gembira kepada pelakunya sebelum mimpi itu ditakwilkan.
Jika mimpi itu buruk, maka janganlah menakwillkannya atatakwilnya paling baik. Jika sebagian mimpi itu merupakan kebaikan dan sebagian lagi keburukan, maka bandingkanlah keduanya, lalu ambillah mimpi yang paling tepat dan paling kuat pokoknya.

 Jika pentakwil mengalami kesulitan, bertanyalah kepada pelaku mimpi ihwal namanya, lalu takwilkannya berdasarkan namanya itu.Paparan singkat ini cukup kaya bagi orang yang mau merenungkannya dan mencermati maknanya. Kalaulah kami memaparkannya secara panjang lebar, niscaya menimbulkan kebosanan dan kejemuan. Kami berharap kepada Allah Ta’ala kiranya buku ini bermanfaat bagi kita dan kiranya Dia melindungi kita dari ilmu yang tidak bermanfaat, perut yang tidak pernah kenyang, nafsu yang tidak mau tunduk, doa yang tidak diterima, tabiat yang menyeret kepada ketamakan, dan ketamakan yang tidak pernah berakhir. Sesungguhnya Allah Ta’ala Mahakuasa atas segala yang dikehendaki-Nya, serta Maha melakukan apa yang dituju-Nya. Cukuplah bagiku Allah. Dialah sebaik-baik
Pelindung

Tafsir Mimpi
Menurut Islam dan Barat


Tafsir mimpi menurut Islam:



Imam Ibnu Sirin, dalam bukunya Tafsir Mimpi Menurut Islam, berkata:
Tidak semua mimpi dapat ditafsirkan makna yang terkandung didalamnya. Ada kalanya mimpi
bagaikan angin lalu namun ada yang benar-benar menjadi kenyataan. Mimpi insan yang bertakwa
merupakan perkhabaran yang akan berlaku, kerana Rasulullah tidak bermimpi melainkan mimpi
baginda menjadi kenyataan. Sedangkan mimpi insan yang tidak beriman merupakan berita yang
disebarkan oleh syaitan.
Dalam suatu riwayat dikisahkan, seorang wanita bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya
bermimpi melihat sebahagian tubuh baginda berada di rumahku." Baginda menjawab,
"Sesungguhnya Fatimah akan melahirkan seorang anak lelaki, kemudian engkau yang akan
menyusukannya." Tidak lama kemudian Fatimah melahirkan Hussein dan disusukan oleh wanita
tersebut. Sesungguhnya mimpi itu dapat ditafsirkan, namun tidak semua orang mampu mentafsirkan
kebenarannya. Semoga paparan ini dapat membantu dalam menjawab makna mimpi anda, insya
Allah. Tambahan pula, mimpi diakui adanya dalam syariat Islam. Sedangkan ilmu untuk mentakwilkan, mentakbirkan atau mentafsirkannya diiktiraf oleh ramai ulama. Ramai ulama yang ingin mendalami masalah takwil atau tafsir mimpi tetapi tidak ramai yang mengetahuinya kerana
susahnya.

             Al-Imam Ibnu Syahin, dalam mukadimah kitabnya Al-Isyarat Fi Ilmi al-'Ibarat, berkata:
"Islam mencerca ilmu tenung kerana hanya Allah-lah yang mengetahui masalah ilmu ghaib. Saya
menghindari ilmu-ilmu seperti itu dan tidak meminatinya, dan saya ingin membuat buku yang
dapat mendedahkan perkara-perkara ghaib yang sememangnya diakui oleh syarak, iaitu ilmu takwil
dan ta'bir mimpi."
Menurut ahli-ahli ta'bir, mimpi ada tiga macam:

1. Peristiwa yang menggembirakan yang benar yang terjadi setelah bermimpi, dan ini
tidak memerlukan penafsiran.

2. Mimpi yang batil atau permainan syaitan, iaitu mimpi yang tidak dapat diperincikan
oleh orang yang bermimpi. Ertinya orang yang bermimpi itu tidak sanggup
mengingat tertib atau jalan cerita mimpi itu. Mimpi seperti ini dianggap batil dan
tidak mempunyai sebarang makna atau takwil.

3. Keinginan nafsu. Seperti kita ketahui nafsu ada tiga, iaitu nafsu mutmainnah, nafsu
lawwamah dan nafsu ammarah. Mimpi seperti ini terjadi kerana pengaruh fikiran
seseorang. Sesuatu yang dia lakukan atau dia khayalkan siang hari atau menjelang
tidurnya selalu menjelma ketika tidurnya.




Tafsir mimpi menurut Barat:


          Tafsir mimpi telah diamalkan sejak zaman Babilonia beribu-ribu tahun yang lalu. Aflatun, Aristu, Cicero, Kitab Injil, Shakespeare, Goethe dan Napoleon percaya bahawa mimpi tertentu

meramalkan.  Manusia sudah mentafsirkan lambang dalam mimpinya menurut tamadun dan masyarakatnya. Tidak ada apa pun yang memuncul dalam mimpi secara kebetulan, tiap gambaran adalah lambang yang dihargai yang merujuk kepada kehidupan anda dan fikiran yang paling dalaman anda. Biasanya bahagian yang paling mengelirukan adalah juga bahagian yang paling penting untuk

memahami.
Mimpi ada tiga macam:

1. Mimpi jasmaniah. Mimpi ini tidak penting dan disebabkan oleh fikiran yang bangun
dan bimbang, demam, ramuan ubat dan dadah, penyakit. Mimpi ini tidak
meramalkan.

2. Mimpi subjektif yang berdasarkan pandangan sendiri. Mimpi ini penuh lambang
dan meramalkan, walau bagaimana pun makna betul tersembunyi di lambang dan
kias.

3. Mimpi rohaniah. Mimpi ini dilaksanakan oleh roh sendiri dan meramalkan.

Mimpi boleh melebih-lebihkan. Semua mimpi bukan menggembirakan atau meramalkan. Mimpi
ngeri boleh meninggalkan tanggapan tahan lama yang menakutkan. Bila tertidur, fikiran taakulan
tidak aktif, jadi fikiran mimpi melebih-lebihkan dan mengherotkan gambaran dalam mimpi
sehingga merangsang atau menakutkan.

Mimpi-mimpi ngeri:
Jangan khuatir jika anda bermimpi ngeri. Mimpi-mimpi begitu biasanya hanya membesar-besarkan
situasi yang anda sedang alami atau sesuatu kejadian yang akan berlaku. Mimpi ngeri biasanya
mencerminkan sesuatu yang ada kena-mengena dengan situasi di masa lampau/masa kini atau
bakal kejadian tersebut akan terjadi. Malah oleh kerana anda sudah ditunjukkan adanya
situasi/kejadian yang negatif tersebut dalam mimpi anda maka kesannya tidak akan menjadi begitu
kuat bagi anda. Sudah tentu elemen kejutan itu akan lebih kurang. Jadi janganlah anda risau jika
mimpi ngeri anda itu sangat menakutkan.

0 comments:

Post a Comment